Agregat dan Klasifikasinya, Berdasarkan Asal, Berat & Ukuran

Berikut Agregat dan Klasifikasinya. Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton atau mortar. Agregat menempati sebanyak kurang lebih 70 % dari volume beton atau mortar. Oleh karena itu sifat-sifat agregat sangat mempengaruhi sifat-sifat beton yang dihasilkan.

Klasifikasi Agregat

Berdasarkan asalnya, agregat digolongkan menjadi :

a. Agregat alam

Agregat yang menggunakan bahan baku dari batu alam atau penghancurannya. Jenis batuan yang baik digunakan untuk agregat harus keras, kompak, kekal dan tidak pipih. Agregat alam terdiri dari :

(1) kerikil dan pasir alam, agregat yang berasal dari penghancuran oleh alam dari batuan induknya. Biasanya ditemukan di sekitar sungai atau di daratan.

Agregat beton alami berasal dari pelapukan atau disintegrasi dari batuan besar, baik dari batuan beku, sedimen maupun metamorf. Bentukya bulat tetapi biasanya banyak tercampur dengan kotoran dan tanah liat. Oleh karena itu jika digunakan untuk beton harus dilakukan pencucian terlebih dahulu.

(2) Agregat batu pecah, yaitu agregat yang terbuat dari batu alam yang dipecah dengan ukuran tertentu.

b. Agregat Buatan

Agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus (tertentu) karena kekurangan agregat alam. Biasanya agregat buatan adalah agregat ringan.

Contoh agregat buatan adalah : Klinker dan breeze yang berasal dari limbah pembangkit tenaga uap, agregat yang berasal dari tanah liat yang dibakar (leca = Lightweight Expanded Clay Agregate), cook breeze berasal dari limbah sisa pembakaran arang, hydite berasal dari tanah liat (shale) yang dibakar pada tungku putar, lelite terbuat dari batu metamorphore atau shale yang mengandung karbon, kemudian dipecah dan dibakar pada tungku vertical pada suhu tinggi.

Berdasarkan berat jenisnya, agregat digolongkan menjadi :

a. Agregat berat : agregat yang mempunyai berat jenis lebih dari 2,8. Biasanya digunakan untuk beton yang terkena sinar radiasi sinar X.

Contoh agregat berat : Magnetit, butiran besi

b. Agregat Normal : agregat yang mempunyai berat jenis 2,50 – 2,70.Beton dengan agregat normal akan memiliki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan 15 MPa – 40 MPa. Agregat normal terdiri dari : kerikil, pasir, batu pecah (berasal dari alam), klingker, terak dapur tinggi (agregat buatan).

c. Agregat ringan : agregat yang mempunyai berat jenis kurang dari 2,0. Biasanya digunakan untuk membuat beton ringan. Terdiri dari : batu apung, asbes, berbagai serat alam (alam), terak dapur tinggi dg gelembung udara, perlit yang dikembangkan dengan pembakaran, lempung bekah, dll (buatan).

Berdasarkan Ukuran Butirannya : 

Batu → agregat yang mempunyai besar butiran > 40 mm
Kerikil → agregat yang mempunyai besar butiran 4,8 mm – 40 mm Pasir → agregat yang mempunyai besar Butiran 0,15 mm – 4,8 mm Debu (silt) → agregat yang mempunyai besar butiran < 0,15 mm

Fungsi agregat di dalam beton adalah untuk :

  • Menghemat penggunaan semen Portland
  • Menghasilkan kekuatan yang besar pada beton
  • Mengurangi penyusustan pada beton
  • Menghasilkan beton yang padat bila gradasinya baik.

Penambangan dan Pengelolahan Agregat

Teknik penambangan agregat disesuaikan dengan jenis endapan, produksi yang diinginkan dan rencana pemanfaatannya.

a. Endapan agregat kuarter/resen

Pada jenis endapan ini, tanah penutup belum terbentuk. Endapan didapatkan di sepanjang alur sungai. Keadaan endapannya masih lepas sehingga teknik penambangan permukaan dapat dilakukan dengan alat sederhana seperti sekop dan cangkul.

Baca juga : Harga Ready Mix

Hasil yg diperoleh diangkut dengan truk untuk dipasarkan. Teknik penambangan ini menghasilkan produksi agregat yang sangat terbatas. Apabila diinginkan produksi dalam jumlah banyak, maka penggalian/pengambilan dilakukan dengan showel dan backhoe. Pemilahan besar butir (untuk memisahkan ukuran pasir dan kerikil) dilakukan secara semi mekanis dengan saringan pasir.

Hasil yang sudah dipisahkan kemudian diangkut dengan truk ungkit dengan showel ke tempat penimbunan di luar alur sungai. Teknik penambangan ini dapat dijumpai di sepanjang Sungai Boyong Gunung Merapi dan Sungai Cikunir Gunung Galunggung.

b. Endapan agregat yang telah membentuk formasi

Tipe endapan ini telah tertutup oleh tanah/soil. Pekerjaan awal dilakukan dengan land clearing/pembersihan tanah penutup. Endapan agregat jenis ini biasanya sudah agak keras dan tercampur dengan lumpur/lempung dan zat-zat organic lain.

Untuk mendapatkan agregat yang bersih dari lempung dan zat organic, system penambangan dilakukan dengan cara menggunakan pompa tekan/pompa semprot bertekanan tinggi dan dilakukan pencucian. Model penambangan seperti ini dilakukan di daerah desa Lebak Mekar, kab. Cirebon dan di lereng G. Muria Kab. Kudus.

c. Produksi Agregat Dari Batu Pecah

Agregat batu pecah diproduksi dari bongkahan-bongkahan batuan hasil peledakan (biasanya batuan andesit dan basalt), kemudian dipecah lagi dengan palu atau alat mekanis (breaker/crusher) untuk disesuaikan ukurannya dengan kebutuhan konsumen.

Secara umum, kegiatan pembuatan agregat batu pecah terdiri dari peremukan, pengayakan dan pengangkutan. Hasil dari pengolahan ini berupa batu pecah dengan ukuran ≤ 10 mm, 10 – 20 mm, 20 – 30 mm, 30 – 50 mm, 50 – 75 mm.

Baca juga : Batu Alam dan Jenis Jenisnya

Penutup

Demikian sekilas mengenai Agregat dan Klasifikasinya. Semoga bermanfaat.

 

Tinggalkan komentar